Pencegahaan Demensia pada Perempuan Pascamenopause

Menopause merupakan gejala yang berkaitan dengan menurunnya fungsi endokrin ovaria saat perempuan memasuki usia lanjut. Penurunan fungsi endokrin ovaria disebabkan oleh menurunnya produksi estrogen kedua ovaria yang ditandai dengan hilangnya siklus haid selama 12 bulan secara berurutan.

Masalah kesehatan yang sering dikeluhkan perempuan Indonesia usia pascamenopause adalah penurunan daya ingat, nyeri sendi serta tulang, berkeringat di malam hari, insomnia, mudah emosi dan marah, gangguan suasana hati, gangguan konsentrasi, penurunan libido, kekeringan dan rasa gatal pada organ intim, serta gejolak panas.

Penurunan daya ingat berkaitan erat dengan penurunan drastis produksi estrogen oleh ovarium saat memasuki usia pascamenopause. Hendaya Kognitif Nir Demensia (HKND), merupakan fase peralihan antara kondisi normal di usia tua dengan kondisi demensia. Fase ini ditandai dengan keluhan gangguan fungsi memori disertai gangguan fungsi kognitif namun tanpa gejala demensia. Kondisi HKND tersebut diyakini merupakan kondisi gangguan fungsi kognitif yang terjadi jauh sebelum kondisi demensia terjadi.

Penelitian epidemiologi menunjukkan prevalensi HKND lebih banyak dijumpai pada perempuan, terutama dikaitkan dengan penurunan produksi estrogen gonad saat menopause dan pascamenopause. Pada perempuan pascamenopause, HKND memiliki kaitan dengan perubahan hormon reproduksi, kadar gonadotropin, kadar neuropeptide, dan kondisi metabolik. Terapi hormon estrogen merupakan salah satu terapi yang diberikan bagi perempuan usia menopause atau pascamenopause dengan gejolak panas, gangguan sistem urogenitalis atau osteoporosis. Terapi hormon tersebut terbukti mampu mencegah dan melindungi dari demensia tipe Alzheimer, namun tidak demikian jika diberikan pada usia lebih lanjut. Hal ini menunjukkan, bahwa ada jendela terapi yang dapat dimanfaatkan bagi perempuan pascamenopause untuk mengatasi masalah kesehatan terkait dengan defisiensi estrogen pada usia menopause. Juga sebagai pencegah terjadinya hendaya kognitif berupa demensia tipe Alzheimer.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka diperlukan marka biokimiawi dan klinis pada masa jendela terapeutik yang diharapkan dapat digunakan untuk menapis HKND yang berperan sangat penting dalam menghindari dampak demensia tipe Alzheimer setelah terapi hormon.

Penelitian kemudian dilakukan oleh, dr. Andon Hestiantoro, SpOG(K), MPH, sebagai penelitian disertasinya. Hasil penelitian disertasi tersebut kemudian dipresentasikan dengan baik pada sidang promosi doktornya, Rabu (24/5) lalu di Auditorium IMERI-FKUI, Salemba. Disertasi berjudul “Peran Gonadotropin, Estradiol, Soluble Leptin Receptor (SOB-R), Leptin dan Keluhan Menopause sebagai Penapis Hendaya Kognitif Nir Demensia (HKND) pada Perempuan Pascamenopause” berhasil dipertahankan di hadapan tim penguji yang diketuai oleh Dr. dr. Suhendro, SpPD-KPTI dengan anggota tim penguji Dr. dr. Joedo Prihartono, MPH; dr. Jan S. Purba, PhD; dr. Nurhadi Ibrahim, PhD; dan Dr. dr. Tono Djuwantono, SpOG(K), M.Kes (Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran).

Di akhir sidang, Prof. dr. Saleha Sungkar, DAP&E, MS, SpParK, selaku ketua sidang mengangkat dr. Andon Hestiantoro, SpOG(K), MPH, sebagai Doktor dalam bidang Ilmu Kedokteran di FKUI. Promotor Prof. Dr. dr. Biran Affandi, SpOG(K), FAMM serta ko promotor Prof. Dr. Med. Ali Baziad, SpOG(K) dan Dr. dr. Martina W. Nasrun, SpKJ(K) berharap hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan metode diagnostik sederhana yang semakin peka untuk menapis perubahan fungsi kognitif tanpa demensia pada perempuan pascamenopause. (Humas FKUI)