Parameter Risiko Glaukoma pada Pasien dengan Diabetes Mellitus

Glaukoma merupakan tipe penyakit mata yang bersifat kronik progresif yang ditandai dengan apoptosis pada sel-sel ganglion retina yang bermanifestasi klinis berupa penipisan neuroretinal rim dan lapisan saraf retina disertai kehilangan lapang pandang. Berdasarkan mekanisme, glaukoma dapat diklasifikasikan menjadi glaukoma primer sudut terbuka (GPSTa) dan glaukoma primer sudut tertutup (GPSTp). Hiperglikemia dapat menyebabkan terjadi diabetes melitus (DM) yang merupakan salah satu faktor risiko terjadinya GPSTa.

Proses ini terjadi diawali dengan kematian sel ganglion yang menyebabkan perubahan pada serabut saraf retina yang selanjutnya menyebabkan kerusakan pada papil saraf optik. Akibatnya akan terjadi penyempitan atau kehilangan lapang pandang perifer. GPSTa pada pasien DM bervariasi antara satu pasien dengan pasien lainnya. Asumsi klinis saat ini bahwa pasien yang mengidap DM dalam jangka waktu lebih dari 5 tahun, memiliki kemungkinan besar risiko terjadinya glaukoma. Namun kenyataannya, dalam pengalaman klinis tidak semua penderita DM dapat menderita glaukoma terutama GPSTa. Berdasarkan temuan dalam beberapa penelitian, terdapat peran ekspresi gen Brn3b yang mendasari etiologi dari GPTSa pada pasien DM. Pada pasien yang terekspresi gen Brn3b diduga kemungkinan tidak terjadi apoptosis pada ganglion sel retina karena sudah terlindungi secara genetik, begitupun sebaliknya.

Gen Brn3b atau dikenal dengan nama lain yaitu gen POU3b berperan selama proses retinogenesis. Gen ini diekspresikan di retina secara eksklusif yaitu di lapisan ganglion sel retina. Gen ini berperan dalam memelihara sel ganglion dari apoptosis (anti-apoptosis), sehingga serabut saraf retina tetap terpelihara. Pada pasien DM dengan GPSTa diduga ekspresi gen Brn3b mengalami penurunan secara berangsur-angsur, sehingga sel ganglion mengalami apoptosis secara terus menerus.

Proses apoptosis ditandai dengan peningkatan stres oksidatif, peningkatan NO, NF-Кß, TNF-α, dan Capcase 3 pada patogenesis GPSTa. Namun diketahui, dalam pengalaman klinis, tidak semua penderita DM dapat terjadi GPSTa. Diduga adanya peran ekspresi gen Brn3b yang mendasari sifat resistensi atau kerentanan genetik. Berdasarkan uraian di atas maka diperlukan penelitian untuk mencari suatu konsep baru yang dapat membuktikan bahwa sudah terjadi perubahan pada sel ganglion retina pada awal proses hiperglikemia akut.

Penelitian kemudian dilakukan oleh dr. Irwan Tjandra, SpM sebagai penelitian disertasinya. Pada penelitian tersebut digunakan hewan coba tikus jantan jenis Spraque-Dawley yang diinduksi patologis menderita DM tipe 1 (DM tergantung insulin) dengan senyawa toksin yaitu streptozotocin (STZ) 50 mg/kgBB. Dari hasil penelitian, didapatkan parameter untuk memprediksi terjadinya glaukoma dini pada pasien dengan DM.

Hasil  penelitian tersebut kemudian dipresentasikan dengan baik oleh dr. Irwan Tjandra, SpM pada sidang promosi doktornya, Kamis (25/1) lalu di Ruang Auditorium Lt. 3 Gedung IMERI-FKUI, Salemba. Disertasi berjudul “Apoptosis Sel Ganglion pada Lapisan Retina sebagai Prediksi Glaukoma Dini: Kajian Khusus Peran Ekspresi Gen Brn3b dan Kaitannya dengan Perubahan Kuantitas No, Caspase 3, NF-KB dan TNF-α pada Tikus Diabetes” berhasil dipertahankan di hadapan tim penguji. Bertindak selaku ketua tim penguji Dr. Ahmad Aulia Jusuf, PhD, AHK dengan anggota tim penguji Dr. rer.nat. Dra. Asmarinah, MS; Dr. dr. Andi Arus Victor, SpM(K); Dr. Drs. Heri Wibowo, M.Biomed dan Prof. Dr. Abdul Salam Sofro (Universitas YARSI).

Di akhir sidang, Prof. dr. Saleha Sungkar, DAP&E, MS, SpParK, selaku ketua sidang mengangkat dr. Irwan Tjandra, SpM sebagai Doktor dalam bidang Ilmu Biomedik di FKUI. Melalui sambutannya, promotor Prof. Drs. Purnomo Soeharso, PhD dan ko promotor Dr. dr. Widya Artini, SpM(K) dan dr. Nurjati Chairani Siregar, MSc, PhD, SpPA berharap hasil penelitian ini dapat menjadi paradigma baru dalam bidang ilmu penyakit mata mengenai etiologi GPSTa yang terjadi pada pasien DM. (Humas FKUI)