Modul Pro-Aktif Kognitif bagi Perempuan Usia Lanjut dengan HKR

Indonesia, saat ini memiliki jumlah populasi usia lanjut yang telah melebihi 7% dari jumlah keseluruh penduduk. Hal ini menggambarkan peningkatan taraf kesehatan masyarakat. Namun di sisi lain memiliki tantangan tersendiri. Dampak negatif proses menua yang dialami orang usia lanjut dapat memengaruhi rasio ketergantungan terhadap usia produktif. Kerentanan terhadap masalah geriatrik, khususnya penyakit tidak menular seperti Demensia Alzheimer (DA), akan meningkatkan angka disabilitas pada usia lanjut. Jumlah kasus DA di Indonesia pada tahun 2005 diperkirakan sekitar 600.000 orang dan diprediksi akan terus meningkat.

Hendaya Kognitif Ringan (HKR) atau tahap praklinis/prademensia merefleksikan situasi klinis seseorang yang mengalami keluhan subjektif memori/kognitif dan bukti objektif hendaya memori/kognitif disertai aktivitas kehidupan sehari-hari/activities of daily living (ADL) utuh, namun instrumental activities of daily living (IADL) dapat mengalami hendaya, serta tidak memenuhi kriteria demensia.

Terapi farmakologis untuk HKR hingga saat ini belum ada yang direkomendasikan. Pendekatan non-farmakologis, khususnya aspek preventif menjadi pilihan intervensi untuk HKR. Terapi non-farmakologis dapat memperkecil efek samping dan polifarmasi yang kerap terjadi pada usia lanjut. Bentuk prevensi primer pada HKR dapat berupa promosi strategi pola hidup sehat, seperti kecukupan nutrisi, kesehatan tidur, aktivitas fisik, aktifitas mental dan sosial. Sementara tindakan prevensi sekunder meliputi pendeteksian faktor risiko, pemberian terapi terhadap kondisi komorbiditas, dan ekstraserbasi penyakit medis atau gangguan psikiatrik yang mendasari hendaya kognitif serta aktivitas yang menstimulasi otak.

Intervensi kognitif sebagai prevensi sekunder yang sesuai kebutuhan orang dengan HKR adalah model Remediasi Kognitif berupa Latihan Kognitif.  Modul remediasi kognitif yang khusus pada HKR dalam penyusunan programnya perlu mempertimbangkan aspek usia, gender, tingkat pendidikan dan pekerjaan, taraf hendaya kognitif dan fungsi kemandirian serta format latihan menyerupai kehidupan sehari-hari. Untuk itu, perlu dikembangkan suatu modul yang memadukan latihan kognitif dengan sasaran ranah kognitif global dan simulasi IADL yang mendekati realita kehidupan sehari-hari.

Pengembangan modul ini kemudian dilakukan oleh dr. Agnes Tineke Waney Rorong, SpKJ, sebagai penelitian disertasinya. Hasil penelitian membuktikan bahwa Modul Pro-Aktif efektif meningkatkan fungsi kognitif, terutama fungsi eksekutif pada perempuan usia lanjut dengan HKR.

Hasil  penelitian tersebut kemudian dipresentasikan dengan baik oleh dr. Agnes pada sidang promosi doktornya, Selasa (18/7) lalu di Auditorium Lt. 3 Gedung IMERI-FKUI, Salemba. Disertasi berjudul “Keefektifan Program Aktivitas Kognitif Terpadu (Pro-Aktif) terhadap Fungsi Kognitif pada Perempuan Usia Lanjut dengan Hendaya Kognitif Ringan: Penekanan pada Kapasitas Cadangan Kognitif dan Neuroplastisitas” berhasil dipertahankan di hadapan tim penguji. Bertindak selaku ketua tim penguji Dr. dr. Suhendro, SpPD-KPTI dengan anggota tim penguji Prof. dr. Sasanto Wibisana, SpKJ(K); dr. Jan S. Purba, PhD; Dr. dr. Jacub Pandelaki, SpRad(K); dan Prof. Dr. dr. H.A. Prayitno, SpKJ(K) (Universitas Trisakti).

Di akhir sidang, Prof. dr. Saleha Sungkar, DAP&E, MS, SpParK, selaku ketua sidang mengangkat dr. Agnes Tineke Waney Rorong, SpKJ sebagai Doktor dalam bidang Ilmu Kedokteran di FKUI. Dalam sambutannya promotor Dr. dr. Martina W. Nasrun, SpKJ(K) dan ko promotor Dr. dr. Saptawati Bardosono, M.Sc serta Dr. dr. Czeresna Heriawan Soedjono, SpPD-K.Ger berharap hasil penelitian ini dapat diaplikasikan pada perempuan usia lanjut dengan HKR agar dapat mencapai penuaan kognitif yang sehat, mandiri, tetap aktif dan produktif dalam menjalani kehidupan sehari-hari. (Humas FKUI)