Metformin sebagai Terapi Kerentaan bagi Pasien Usia Lanjut

Populasi penduduk berusia 60 tahun atau lebih (usila) semakin meningkat di dunia. Seiring dengan bertambahnya usia, terjadi proses menua. Proses menua bersifat fisiologis, namun sangat beragam antar individu karena faktor genetik dan lingkungan yang mempengaruhi awitan, laju kecepatan dan sampai sejauh mana progresi proses menua baik pada tingkat sel, jaringan maupun organ.

Pada perjalanannya, proses menua dapat mencapai successful aging (tidak terdapat kondisi patologis atau hendaya apa pun), usual/normal aging (terdapat penyakit atau penurunan kapasitas cadangan fisiologis yang sering diinterpretasikan sebagai dampak usia), dan pathologic aging (terdapat penyakit kronik berat atau hendaya berat sehingga membutuhkan bantuan/ketergantungan pada orang lain untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari). Oleh karena itu, proses menua berkaitan dengan peningkatan risiko terjadinya kerentaan (frailty).

Sebagai salah satu sindrom geriatrik yang mencerminkan usia biologis, frailty dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu sebagai suatu sindrom klinis (fenotip) atau sebagai suatu akumulasi komorbiditas (defisit) yang terjadi pada usila dengan proses menua patologis. Secara fenotip, sindrom frailty ditandai dengan kelelahan, serta penurunan berat badan, kekuatan otot, kecepatan berjalan, dan aktivitas fisik. Individu yang renta (frail) berisiko lebih tinggi untuk mengalami perburukan mobilitas dan status fungsional, perawatan rumah sakit, kualitas hidup terkait kesehatan yang buruk (health related quality of life/HR-QoL) dan kematian.

Berbagai faktor penyebab frailty antara lain faktor terkait usia (hormon, seks, apoptosis, gangguan fungsi mitokondria), faktor endokrin, asupan nutrisi, penyakit neurodegeneratif, otot yang tidak digunakan, inflamasi, resistensi insulin, diabetes mellitus, vitamin D, asupan protein, dan depresi. Pemberian terapi metformin diketahui berpotensi untuk mencegah/memperlambat/memperbaiki sindrom frailty dengan memodifikasi kondisi resistensi insulin, hiperglikemia, inflamasi, dan konsentrasi miostatin.

Pada berbagai penelitian hewan coba, metformin  menunjukkan hasil yang positif bagi frailty. Potensi manfaat metformin masih harus dibuktikan melalui uji klinis. Kekuatan genggam tangan dan kecepatan berjalan menjadi luaran penelitian sebagai komponen fenotip dan parameter pada sindrom frailty. Adalah dr. Purwita Wijaya Laksmi, SpPD-K.Ger, FINASIM, peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang melakukan penelitian tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian metformin 3×500 mg selama 16 minggu terbukti bermakna meningkatkan kecepatan berjalan sebagai salah satu dimensi kualitas hidup terkait kesehatan.

Hasil  penelitian tersebut kemudian dipresentasikan dengan baik oleh dr. Purwita Wijaya Laksmi, SpPD-K.Ger, FINASIM pada sidang promosi doktoralnya, Senin (27/2) lalu di Aula IMERI FKUI Salemba. Disertasi berjudul “Pengaruh Metformin terhadap Sindrom Frailty pada Pasien Usia Lanjut dengan Pre-Frail: Uji Klinis Acak Tersamar Ganda dengan Kajian pada Kualitas Hidup Terkait Kesehatan, Kekuatan Genggam Tangan, Kecepatan Berjalan, dan Konsentrasi Miostatin Serum” berhasil dipertahankan di hadapan tim penguji. Bertindak selaku ketua tim penguji Dr. dr. Suhendro, SpPD-KPTI dengan anggota penguji dr. Nafrialdi, SpPD, SpFK, PhD; Dr. dr. Joedo Prihartono, MPH; dan Prof. Dr. dr. Wasilah Rochmah, SpPD-K.Ger (Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada).

Di akhir sidang, ketua sidang Prof. dr. Saleha Sungkar, DAP&E, MS, SpParK, mengangkat dr. Purwita Wijaya Laksmi, SpPD sebagai doktor dalam bidang Ilmu Kedokteran di FKUI. Dalam sambutannya promotor Prof. Dr. dr. Siti Setiati, SpPD-K.Ger, M.Epid dan ko promotor Dr. dr. Tirza Z. Tamin, SpKFR(K) dan Prof. Dr. dr. Pradana Soewondo, SpPD(K) berharap hasil penelitian ini dapat menjadikan metformin sebagai terapi tambahan pada pasien usila dengan pre-frail yang kemudian dapat mencegah kondisi frail, menurunkan angka morbiditas dan mortalitas terkait sindrom frailty, serta meningkatkan kualitas hidup terkait kesehatan. (Humas FKUI)