Mahasiswa FKUI Rancang Program Skrining Dini Stunting

Stunting merupakan kondisi dimana seorang anak memiliki perawakan pendek yang dapat menetap hingga dewasa. Menurut Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013, prevalensi stunting di Indonesia mencapai angka 37,2%. Dengan kata lain, terdapat sekitar 93 juta kasus stunting terjadi di Indonesia.

Permasalahan stunting ternyata juga terjadi di Kampung Lio, Depok, Jawa Barat, yang merupakan daerah binaan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Survei secara acak pada tahun 2016 menunjukkan bahwa 5 dari 29 anak di Kampung Lio mengalami stunting.

Sayangnya hingga saat ini, belum ada program yang mampu mendeteksi kelainan tersebut secara dini. Program posyandu di Kampung Lio hanya mampu mengevaluasi pertumbuhan anak melalui pengukuran tinggi dan berat badan saja.

Berangkat dari masalah tersebut, tim Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-M) FKUI yang beranggotakan Leonaldo Lukito Nagaria (Ketua Tim, mahasiswa FKUI angkatan 2016), Maharani Zaini (FKUI 2016) dan Marco Raditya (FKUI 2016) dengan bimbingan dari dr. Yoga Devaera, Sp.A(K) (staf pengajar Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM) merancang sebuah program bernama ALIBABA (Akademi Lanjutan Para Ibu untuk Bantu Tumbuh Kembang Batita).

Program ini dilaksanakan sebagai upaya untuk melakukan skrining pada aspek perkembangan dan asupan gizi anak di bawah 3 tahun, terutama pada 1000 hari pertama kehidupan. Skrining dilakukan menggunakan media “Rapor Batitaku” yang disusun dalam bentuk centang tumbuh kembang dan centang asupan gizi.

Melalui program ini, para ibu diedukasi untuk lebih waspada dalam memantau perkembangan anaknya serta memberikan asupan gizi yang seimbang. Para ibu juga diharapkan sigap merujuk ke dokter apabila menemukan tanda-tanda bahaya kelainan tumbuh kembang pada anaknya.

Pengisian rapor ini melibatkan kader posyandu dan juga orangtua dari anak-anak di Kampung Lio. Para kader akan berperan dalam melakukan pengecekan Kuesioner Pra-Skrining Perkembangan (KPSP) dan mencatat hasilnya di buku rapor. Sementara itu, para orangtua mengisi centang asupan gizi berdasarkan makanan yang dikonsumsi anaknya setiap hari.

Tak hanya melalui skrining, program ALIBABA juga mengadakan penyuluhan tentang pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) dan tahapan perkembangan anak. Penyuluhan ini ditujukan agar para ibu mengetahui pemberian makanan yang tepat sesuai dengan usia anaknya dan mengetahui tahapan normal proses tumbuh kembang seorang anak. Program ini dilengkapi dengan acara-acara pendukung seperti kontes bintang batita, homevisit dan penyerahan ijazah ALIBABA.

“Kami berharap, untuk kedepannya program skrining ini dapat diimplementasikan di posyandu-posyandu lain, melihat pelaksanaannya di Kampung Lio bisa dikatakan cukup berhasil. Untuk mencapai target tersebut, kami berencana untuk mensosialisasikan program ini kepada pemangku kepentingan lain dan mendaftarkan hak cipta dari skrining ‘Rapor Batitaku’,” papar Leonaldo Lukito Nagaria.

Proposal mengenai program pengabdian masyarakat ALIBABA kemudian mereka ikutkan pada seleksi Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 2018. Seleksi tersebut dilakukan oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (Kemenristekdikti RI).

Pada tahap awal ini, proposal ALIBABA terpilih sebagai salah satu kreativitas yang didanai oleh Kemenristekdikti RI untuk dilaksanakan. Saat ini, ALIBABA sedang menjalani periode penilaian untuk diikutsertakan dalam kategori PKM Pengabdian Masyarakat (PKM-M) pada ajang PIMNAS 2018 yang akan diselenggarakan di Yogyakarta, September mendatang. (Humas FKUI)