Mahasiswa FKUI Raih Dua Prestasi pada Ajang 4th Hypothalamus Competition 2018

Mahasiswa Fakultas kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) kembali mendulang prestasi. Adalah Muhammad Habiburrahman (Mahasiswa FKUI angkatan 2015); Nurita Adha Dianti (FKUI 2015) dan Endang Farihatul Izza (FKUI 2016) yang berhasil meraih Juara 2 kategori Poster Ilmiah pada ajang 4th Hypothalamus Competition 2018 yang diselenggarakan pada tanggal 20-24 April 2018 lalu di Fakultas Kedokteran Universitas Jember, Jawa Timur. Selain prestasi pada kategori poster ilmiah tersebut, secara perorangan Muhammad Habiburrahman juga meraih prestasi sebagai Juara 2 untuk kategori Esai Ilmiah.

Hypothalamus Competition merupakan kompetisi nasional di bidang ilmiah yang diselenggarakan oleh Scientific and Research Center (SRC) Fakultas Kedokteran Universitas Jember. Kompetisi ilmiah ini diikuti oleh lebih dari 130 finalis yang diseleksi dari 27 Universitas di seluruh Indonesia. Terdapat berbagai macam cabang lomba, yaitu literature review, esai ilmiah, poster ilmiah, poster publik serta video edukasi.

Pada kompetisi kali ini, FKUI mengirimkan tiga tim pada cabang yang berbeda. Cabang poster ilmiah atas nama Muhammad Habiburrahman (FKUI 2015), Nurita Adha Dianti (FKUI 2015), dan Endang Farihatul Izza (FKUI 2016); cabang esai ilmiah atas nama Muhammad Habiburraman (FKUI 2015); serta cabang literature review atas nama Fona Qorina (FKUI 2016), Jatmiko (FKUI 2016), dan Iskandar Purba (FKUI 2016).

Pada sesi presentasi di cabang poster ilmiah, tim FKUI membawakan poster ilmiah mereka yang berjudul “Inovasi Vaksin Intranasal DNA Pengekspresi Antigen Permukaan Pneumokokus A Terenkapsulasi pada Nanopartikel Kitosan (NpKit-DNApsaA) sebagai Upaya Preventif Pneumonia Pneumokokus Anak”. Poster ilmiah tersebut mengulas mengenai potensi vaksin intranasal NpKit-DNApsaA sebagai vaksin yang berpotensi untuk menjadi vaksin pneumonia masa depan bagi anak Indonesia. Pembuatan karya ini dilatarbelakangi oleh tingginya insidensi pneumonia anak di Indonesia. Jenis pneumonia yang paling umum diderita oleh anak Indonesia adalah jenis S. pneumoniae, yaitu patogen saluran pernapasan yang sering berkolonisasi di dinding mukosa nasofaring anak dan dapat berprogesi menjadi pneumonia bahkan infeksi sistemik.

Dari berbagai literatur yang mereka baca dan hasil telaah pustaka yang mereka lakukan, vaksin NpKit-DNApsaA ini terbukti efektif menginduksi respon imun sistemik dan respon imun lokal mukosa, serta tahan terhadap hambatan fisikokimia saat diaplikasikan karena memiliki vehikulum berupa nanopartikel kitosan. Selain itu, harga produksi juga dapat dibuat lebih murah karena kitosan diperoleh dari limbah crustaceae (hewan dengan tubuh beruas-ruas). Dengan didukung metode sintesis yang mudah, efektif dan fitur farmakologi yang baik, maka vaksin intranasal Npkit-DNApsaA berpotensi untuk menjadi vaksin pneumonia masa depan bagi anak Indonesia. Harapan ke depan, vaksin ini dapat diaplikasian dengan mudah, karena metodenya cukup dilakukan melalui hidung, murah, dan bekerja melalui berbagai cara (multiaksi). Sehingga dampaknya dapat bermanfaat bagi masyarakat mengingat penanganan pasien pneumonia memerlukan biaya yang tidak sedikit.

Sementara itu pada cabang esai ilmiah, Habib membawakan karyanya yang berjudul “Potensi Terapi Kombinasi LysGH15 Bakteriofag dan Ekstrak Apigenin Apium graveolans L. sebagai Strategi Baru Eradikasi Pneumonia Anak Akibat Infeksi Staphylococcus aureus. Karya tersebut membahas mengenai terapi alternatif pneumonia (infeksi jaringan paru) pada anak. Dalam esainya, Habib menjelaskan bahwa ditemukan alternatif lain selain antibiotik yang dapat mengatasi pneumonia. Alternatif tersebut adalah kombinasi enzim lisin dari kelompok virus (bakteriofag) bernama apigenin (sebuah flavonoid dari ekstrak seledri).

Keunggulan terapi ini adalah mampu memberikan tingkat perbaikan jaringan paru yang superior, mengurangi peradangan (inflamasi) pada paru yang terkena pneumonia, menurunkan infiltrasi sel-sel radang, memberikan skor kesehatan terbaik, dan yang paling baik adalah bahwa terapi ini tidak hanya dapat mengatasi infeksi S. aureus yang masih sensitif antibiotik, tetapi juga mampu mengeradikasi bakteri yang sudah resisten antibiotik (MRSA). Meskipun bakteri ini hanya sebagian kecil menyebabkan pneumonia pada anak, tetapi dampaknya jauh lebih berbahaya dari bakteri ataupun virus lain yang juga menyebabkan pneumonia pada anak.

Berbagai komplikasi yang ditimbulkan sering menjadi masalah utama yang berujung pada kematian anak. Dengan demikian, diharapkan terapi alternatif yang bukan dari golongan antibiotik tersebut dapat menjadi pilihan baru yang dapat terus dipelajari dan diteliti.

Pencapaian maksimal ini tentunya tidak lepas dari kerja keras, pembinaan dan persiapan materi yang para mahasiswa jalani. Tak lupa, mereka mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing dari Departemen Medik Mikrobiologi Klinik FKUI, dr. Delly Chipta Lestari, SpMK. Berkat bimbingan beliau, tim mahasiswa FKUI dapat meraih prestasi yang membanggakan.

Di akhir perbincangan, Habib yang mewakili teman-temannya berbagi kiat untuk sivitas akademika FKUI lainnya yang akan mengikuti kompetisi sejenis. Menurutnya, hal yang paling penting untuk menjaga kekompakan tim adalah dengan selalu bekerja dengan baik dan saling menghormati kesepakan-kesepakatan yang telah di buat dalam tim.

“Bagi teman-teman yang ingin mengikuti lomba sejenis, kiatnya adalah selalu kompak, mempersiapkan diri dengan baik, mencari literatur yang banyak, jangan cepat lelah dan merasa puas, selalu berikan yang terbaik,” ujar Habib.

 Selamat kepada para mahasiswa yang telah mengukir prestasi. Teruslah berkarya dan berinovasi. Maju terus FKUI! (Humas FKUI)