Kembangkan Uji Real Time PCR bagi Pasien ODHA dengan Pneumonia, Peneliti FKUI Raih Doktor

Meningkatnya kasus HIV-AIDS (Human Immunodeficiency Virus-acquired Immunodeficiency Syndrome) secara global memicu kewaspadaan akan peningkatan infeksi oportunistik, salah satunya infeksi Pneumocystis jirovecii (P. Jirovecii), dulu dikenal sebagai Pneumocystis carinii, yang mengakibatkan pneumonia (PjP).

Infeksi PjP merupakan kasus yang sulit ditangani terkait rendahnya sensitivitas uji diagnostik yang diiringi dengan peningkatan kasus resistensi P. jirovecii terhadap trimetropim-sulfametaksazol sebagai antibiotik lini pertama.

Survei epidemiologik menunjukkan bahwa PjP terdistribusi di seluruh dunia dan dapat menyerang berbagai usia. Hingga saat ini di Indonesia belum terdapat data demografis, epidemiologi molekuler maupun data resistensi mengenai kasus infeksi PjP. Data kasus PjP di Indonesia sangat terbatas, hanya berdasarkan gejala klinis pasien.

Jamur Pneumocytis  tersebar di mana-mana, menyebar  melalui  udara, menyerang  sistem pernapasan atas, menyebabkan demam yang tidak terlalu tinggi, dan sesak napas terutama saat beraktivitas serta batuk non produktif.

Saat ini diagnosis PjP dapat dilakukan melalui berbagai cara yaitu pemeriksaan radiografi dan mikrobiologi. Pemeriksaan kultur laboratorium masih dalam tahap penelitian. Oleh karena itu, diagnosis PjP masih mengandalkan pemeriksaan mikroskopis.

Namun, pemeriksaan ini sulit diinterpretasikan dan mempunyai prediktif negatif yang tinggi. Mengantisipasi masalah tersebut, perlu dikembangkan penelitian untuk uji diagnostik PjP pada ODHA (Orang Dengan HIV-AIDS) terduga pneumonia melalui pendekatan secara molekular.

Penelitian kemudian dilakukan oleh staf pengajar Departemen Mikrobiologi Klinik sebagai penelitian disertasinya. Dra. Conny Riana Tjampakasari, DMM, M. Biomed melakukan analisis  uji  molekuler menggunakan metode real-time Polymerase Chain Reaction (PCR) yang menunjukkan bahwa angka infeksi oleh P. jirovecii sebesar 20,0%.

Uji real time PCR tersebut terbukti mampu memberikan nilai diagnostik yang lebih baik dibandingkan pewarnaan Giemsa. Dengan diperolehnya metode pemeriksaan  untuk diagnosis P. jirovecii pada pasien HIV-AIDS diharapkan para klinisi dapat menegakkan diagnosis kasus PjP tidak hanya berdasarkan gejala klinis saja, sehingga pemberian terapi menjadi adekuat dan dapat menekan terjadinya peningkatan resistensi terhadap trimetropim-sulfametaksazol.

Pemaparan penelitian tersebut dipresentasikan oleh Dra. Conny Riana Tjampakasari, DMM, M. Biomed pada sidang disertasi doktoralnya, Rabu (5/9) di Ruang Teaching Theatre Lt. 6 Gedung IMERI-FKUI, Salemba. Disertasi berjudul “Karakterisasi Molekuler Gen Resistensi DHPS (Dihidropteroat Sintase) dan Polimorfisme Gen mtLSU (Mitochondrial Large Subunit) Pneumocystis Jirovecii pada ODHA Terduga Pneumonia di Jakartaberhasil dipertahankan di hadapan tim penguji.

Bertindak selaku ketua tim penguji Dr. dr. Ani Retno Prijanti, M. Biomed dengan anggota tim penguji Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, SpP(K); Dr. dr. Sunarjati Sudigdoadi, MS, SpMK(K) (Universitas Padjajaran); dan Dr. drh. Joko Pamungkas, M.Sc (Institut Pertanian Bogor).

Di akhir sidang, Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, selaku ketua sidang mengangkat Dra. Conny Riana Tjampakasari, DMM, M. Biomed sebagai Doktor dalam bidang Ilmu Biomedik di FKUI. Promotor Prof. dr. Agus Sjarurachman, PhD, SpMK(K) dan ko promotor Prof. Dr. dr. Sjamsuridjal Djauzi, SpPD-KAI dan Dr. Andi Yasmon berharap hasil penelitian ini dapat memberi kontribusi bagi para klinisi dan pemerintah tentang kebijakan penatalaksanaan ODHA terduga pneumonia yang terinfeksi oleh P. jirovecii.

(Humas FKUI)