Intervensi Nutrisi Protein bagi Pasien Anak dengan Sepsis

Sepsis merupakan infeksi serius yang menjadi masalah global dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Penilaian derajat klinis anak dengan sakit kritis dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan Pediatric Logistic Organ Dysfunction (PELOD) Score. Skor PELOD dapat digunakan untuk menilai secara akurat disfungsi organ dan dapat digunakan sebagai indikator untuk tingkat keparahan penyakit secara klinis.

Pada anak dengan sakit kritis yang dirawat di intensive care unit (ICU), fokus perhatian biasanya bukan pada penilaian status nutrisi, melainkan pada masalah medis primer, seperti hemodinamik yang tidak stabil, infeksi berat dan anomali kongenital. Padahal penyakit kritis memengaruhi status nutrisi individu, dan penilaian status nutrisi seharusnya merupakan bagian dari keseluruhan perawatan pasien. Anak dengan penyakit kritis memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadinya penapisan cadangan nutrisi karena cadangan lemak dan protein yang terbatas. Sementara itu, terjadi peningkatan penggunaan energi, termasuk kebutuhan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan pada masa pemulihan setelah sakit kritis.

Malnutrisi, terutama gizi buruk juga merupakan salah satu penyulit yang cukup banyak ditemukan pada anak dengan sepsis. Komplikasi malnutrisi pada anak dengan sepsis dapat mengenai seluruh sistem, seperti menurunkan respon imun, atrofi, dan memudahkan terjadinya translokasi bakteri saluran cerna akibat peningkatan permiabilitas barrier intestinal. Pada akhirnya, anak mengalami masa penyembuhan luka yang lebih lama, infeksi lain atau reinfeksi, dan angka kematian yang meningkat.

Anak dengan sakit kritis yang mendapatkan tunjangan nutrisi yang baik, menunjukkan perbaikan yang bermakna dalam keseimbangan fisiologis dan luaran. Tunjangan nutrisi sebagai terapi tambahan diperlukan untuk mencegah komplikasi metabolic dan mempertahankan massa cadangan tubuh. Besaran kebutuhan protein belum dapat diketahui. Namun, jumlah kebutuhan protein pada anak sakit kritis lebih tinggi dibandingkan dengan anak sehat. Untuk itu diperlukan penelitian terkait pemberian nutrisi tinggi protein terhadap disfungsi organ pada anak dengan sepsis.

Mahasiswa program S3 Ilmu Kedokteran FKUI, dr. Gema Nazri Yanni, SpA(K), melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan nutrisi tinggi protein terhadap prognosis pasien sepsis. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa pemberian nutrisi tinggi protein tidak memperbaiki prognosis pasien sepsis, lama rawat di PICU, serta lama pemakaian ventilator. Faktor usia, jenis kelamin, status nutrisi, pemberian nutrisi tinggi protein, dan polimorfisme gen TNFα-308 tidak berperan dalam prognosis sepsis.

Hasil penelitian tersebut kemudian dipaparkan dengan baik oleh dr. Gema pada sidang promosi doktoralnya, Jumat (14/7) lalu di Auditorium Lt. 3 IMERI-FKUI, Salemba. Disertasi berjudul “Pengaruh Intervensi Nutrisi Tinggi Protein Selama 3 Hari dan Peran Polimorfisme Gen Tumor Necrosis Factor (TNF)α terhadap Prognosis Sepsis dengan Pediatric Logistic Organ Dysfunction (PELOD) Score” berhasil dipertanggungjawabkan di hadapan tim penguji. Bertindak selaku ketua tim penguji Dr. dr. Suhendro, SpPD-KPTI dengan anggota tim penguji Prof. Dr. dr. Sri Widia A Jusman, MS; Dr. dr. Zakiudin Munasir, SpA(K); Dr. dr. Hindra Irawan Satari, SpA(K); dr. Iswari Setianingsih, SpA, PhD; dan Prof. dr. Munar Lubis, SpA(K) (Universitas Sumatera Utara).

Di akhir sidang, Prof. dr. Saleha Sungkar, DAP&E, MS, SpParK, selaku ketua sidang mengangkat dr. Gema Nazri Yanni, SpA(K) sebagai Doktor dalam bidang Ilmu Kedokteran di FKUI. Dalam sambutannya promotor Prof. Dr. dr. Sudigdo Sastroasmoro, SpA(K) dan ko-promotor Prof. Dr. dr. Amir S. Madjid, SpAn-KIC dan Dr. dr. Aryono Hendarto, SpA(K) berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perbaikan panduan penatalaksanaan sepsis. (Humas FKUI)