Harapan Baru Tatalaksana Penyembuhan Luka Kaki Diabetes

Jumlah penderita diabetes melitus (DM) di seluruh dunia, termasuk Indonesia, diketahui semakin meningkat dari hari ke hari. Salah satu komplikasi kronik yang dialami oleh penderita DM adalah Luka Kaki Diabetes (LKD). LKD dapat berefek kecacatan yang dapat menurunkan kualitas hidup dan berpotensi meningkatkan risiko kematian. Sebanyak 15-25% penyandang DM seumur hidupnya akan mengalami masalah pada kakinya dengan risiko mengalami amputasi 10-15 kali lebih besar dibandingkan dengan nondiabetes.

Penyembuhan LKD membutuhkan waktu yang lama dan dana yang tidak sedikit. Neuropati perifer, penyakit pembuluh darah perifer, trauma, infeksi dan kelainan, atau biomekanik kaki merupakan faktor dominan terjadinya LKD. Selain itu juga dipengaruhi riwayat diabetes lama, riwayat amputasi atau luka sebelumnya, kendali metabolik yang buruk, gangguan fungsi ginjal berat, merokok, dan tekanan darah tinggi, turut mempengaruhi perjalanan penyakit kaki diabetes.

Proses penyembuhan LKD akan melalui tahapan fase hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling, yang berlangsung tumpang tindih. Proses penyembuhan ini dipengaruhi banyak faktor seluler. Selain itu juga dipengaruhi oleh komplikasi diabetes pada pembuluh darah kecil (mikrovaskular/mikrosirkulasi) dan besar (makrovaskular/makrosirkulasi). Gangguan mikrosirkulasi dapat mempengaruhi pertumbuhan jaringan sehat pada LKD yang disebut dengan jaringan granulasi. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi mikrosirkulasi adalah faktor metabolik, gangguan fungsi saraf, pembekuan darah, infeksi, peradangan, indeks TcPO2 (rasio oksigen di jaringan dengan arteri) dan indeks TcPCO2 (rasio karbondioksida di jaringan dengan arteri).

Hingga saat ini belum ada penelitian yang menggunakan indeks TcPO2 dan indeks TcPCO2 pada LKD, dan belum diketahui hubungan antara faktor-faktor tersebut terhadap oksigenisasi jaringan dan pertumbuhan granulasi pada LKD. Penelitian kemudian dilakukan oleh dr. Em Yunir, SpPD-KEMD, seorang peneliti yang juga merupakan Kepala Divisi Metabolik Endokrin Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM. Hasil penelitian yang dilakukan sepanjang Desember 2014 hingga Desember 2015 ini menunjukkan bahwa selain aspek metabolik, neuropati, peradangan infeksi dan edukasi, ternyata faktor pembekuan darah khususnya fibrinogen dan PAI-1 dapat mempengaruhi proses penyembuhan LKD, yang tidak disertai dengan penyakit arteri perifer. Berdasarkan hasil tersebut, pada penanganan LKD perlu diatasi segera sumber peradangan, infeksi dan pembekuan darah yang optimal. Selain itu pengendalian glukosa darah yang tinggi secepat mungkin.

Hasil  penelitian tersebut kemudian dipaparkan dengan baik oleh dr. Em Yunir pada sidang promosi doktoralnya, Jumat (17/6) lalu di Ruang SAF FKUI Salemba, Jakarta. Disertasi berjudul “Peran Faktor Metabolik, Neuropati Perifer, Inflamasi, Infeksi dan Hemostatis terhadap Oksigenisasi Jaringan serta Pengaruhnya terhadap Proses Penyembuhan Luka  Kaki Diabetik” berhasil dipertanggungjawabkan di hadapan tim penguji. Bertindak selaku ketua tim penguji dr. Alida Roswita Harahap, SpPK(K), PhD dengan anggota tim penguji Prof. Dr. dr. Karmel Tambunan, SpPD-KHOM; Prof. Dr. dr. Jusuf Misbach, SpS(K); dr. Muchtaruddin Mansyur, MSc, SpOk, PhD; Prof. Dr. dr. Ito Puruhito, SpBTKV(K) (Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga); dan Dr. dr. Hikmat Permana, SpPD-KEMD (Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran).

Pada akhir sidang, Prof. dr. Saleha Sungkar, DAP&E, MS, SpParK, selaku ketua sidang mengangkat dr. Em Yunir, SpPD-KEMD sebagai Doktor dalam bidang ilmu Kedokteran di FKUI. Melalui sambutannya, promotor Prof. Dr. dr. Sarwono Waspadji, SpPD-KEMD beserta ko-promotor Dr. dr. Suhendro, SpPD-KPTI berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam menurunkan risiko amputasi, mengurangi lama rawat inap, risiko kematian, serta menurunkan biaya perawatan pada pasien LKD. (Humas FKUI)