Fenofibrat Oral sebagai Terapi Pencegahan Retinopati Diabetik

Retinopati diabetik atau diabetic retinopathy (DR) adalah gangguan pembuluh darah retina akibat diabetes melitus (DM). DR merupakan salah satu penyebab utama kebutaan, yaitu sebanyak 4,8% dari 37,2 juta penduduk dunia. Berdasarkan berbagai penelitian di Indonesia, angka kejadian DR meliputi 23 – 36% dari penyandang DM. Gangguan penglihatan dan kebutaan akibat DR sebenarnya dapat dihindari (avoidable blindness). Tatalaksana DR yaitu melalui skrining dan pemeriksaan mata berkala, sehingga mencegah penyandang DM mengalami DR, terutama kondisi DR yang mengancam penglihatan (vision threatening DR) contohnya penebalan retina atau edema makula diabetik (DME). Bila terjadi vision threatening DR, perlu dilakukan pengobatan berupa terapi laser, injeksi Anti-VEGF (vascular endothelial growth factor) intraokulat atau pembedahan (vitrektomi). Semua tindakan tersebut relatif mahal dan hanya dapat dilakukan oleh dokter mata terlatih serta berisiko menimbulkan komplikasi pada mata.

Faktor utama yang menyebabkan DR adalah hiperglikemia, durasi diabetes, dan hipertensi. Faktor lain yang belum sepenuhnya dipahami mekanismenya dalam menyebabkan progresivitas DR adalah gangguan kadar lipid dalam darah. Oleh karena itu, kontrol kadar lipid dalam darah merupakan salah satu cara mencegah progresivitas DR.

Kadar lipid darah dapat dikontrol dengan obat dislipidemia. Statin menjadi obat pilihan utama untuk mengendalikan kadar lipid dalam darah, namun tidak menunjukkan hubungan dengan timbulnya progresivitas DR. Fenofibrat adalah obat pengatur kadar lemak darah, yang berdasarkan berbagai studi dibuktikan dapat mencegah perburukan DR, sehingga berpotensi menjadi terapi pendamping (ajuvan) dalam tatalaksana DR. Pemberian fenofibrat diharapkan menurunkan kebutuhan untuk melakukan tindakan invasif pada penyandang DR. Fenofibrat merupakan obat dengan mengatur pada kadar lemak darah (lipid-related), terutama dengan menurunkan trigliserida dan kolesterol LDL, dan meningkatkan kolesterol HDL. Fenofibrat juga memiliki mekanisme lain (non-lipid-related), antara lain dengan mencegah disfungsi endotel pembuluh darah, mengurangi peradangan serta mencegah timbulnya pembuluh baru abnormal (angiogenesis).

Hingga saat ini, fenofibrat belum menjadi bagian dari tatalaksana pada pasien DR, dan masih terbatas pemahaman mengenai efek fenofibrat pada retina serta mekanismenya dalam mencegah perburukan DR. Oleh karena itu, diperlukan penelitian yang bertujuan mengetahui efek fenofibrat terhadap DR dalam hal ketebalan makula sentral (CMT), yaitu bagian pusat retina yang paling vital bagi penglihatan, dan volume makula, serta pengaruhnya pada kadar penanda biologis serum spesifik disfungsi endotel (eNOS), peradangan (VCAM-1), dan angiogenesis (VEGF), pada penyandang DR dengan kadar lemak darah abnormal (dislipidemia).

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pemberian fenofibrat yang diberikan bersama dengan simvastatin selama tiga bulan pada subjek DR dengan dislipidemia, secara umum tidak menurunkan CMT dan volume makula, namun menurunkan CMT khusus pada subjek DR dengan DME.

Hasil penelitian tersebut kemudian dipresentasikan oleh dr. Gitalisa Andayani, SpM(K) pada sidang promosi doktornya, Selasa (9/1) lalu di Ruang Auditorium Lt. 3 Gedung IMERI-FKUI, Salemba. Disertasi berjudul “Efek Finofibrat Oral pada Ketebalan Retina dan Volume Makula: Kajian terhadap Disfungsi Endotel Vaskular Retina, Inflamasi dan Angiogenesis pada Retinopati Diabetik dengan Dislipidemia” berhasil dipertahankan di hadapan tim penguji. Bertindak selaku ketua tim penguji Dr. dr. Suhendro, SpPD-KPTI dengan anggota tim penguji Prof. Dr. dr. Rahajuningsih Dharma, SpPK, DSc, FACT; Dr. dr. Imam Subekti, SpPD-KEMD; dr. Nafrialdi, SpPD, SpFK, PhD; Dr. dr. Saptawati Bardosono, M.Sc; dan Dr. dr. Habibah MUhiddin, SpM(KVR) (Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin)

Di akhir sidang, Prof. dr. Saleha Sungkar, DAP&E, MS, SpParK, selaku ketua sidang mengangkat dr. Gitalisa Andayani, SpM(K) sebagai Doktor dalam bidang Ilmu Biomedik di FKUI. Dalam sambutannya promotor dr. Tjahjono D. Gondhowiardjo, SpM(K), PhD dan ko promotor Dr. dr. Andi Arus Victor, SpM(K) berharap fenofibrat yang diberikan bersama dengan simvastatin, dapat dipertimbangkan sebagai terapi ajuvan pada penyandang DR dengan DME yang disertai dislipidemia. Pengontrolan glukosa darah yang baik merupakan manajemen utama pada DR. (Humas FKUI)