Ekspresi Sel Punca Kanker terhadap Respons Terapi Radiasi pada Kanker Serviks

Kanker serviks merupakan salah satu kanker yang paling sering ditemukan pada perempuan di seluruh dunia, terutama di Negara berkembang termasuk Indonesia. Kanker serviks sangat berkaitan dengan infeksi HPV sebagai faktor penyebab dan merupakan penyakit yang dapat dicegah. Namun, sekitar 70% pasien datang ke rumah sakit dalam keadaan stadium lanjut. Hal ini menjadi penyebab tingginya angka kematian akibat kanker serviks di Indonesia.

Modalitas terapi utama pada kanker stadium lanjut adalah radiasi, namun timbul permasalahan adanya kemungkinan radioresisten. Pemantauan serviks setelah terapi merupakan hal penting yang perlu dilakukan untuk mengetahui adanya rekurensi local. Pap smear merupakan metode yang telah terbukti dapat menurunkan angka kejadian kanker serviks. Namun, pap smear pascaradiasi yang dilakukan pada fase awal setelah terapi selesai umumnya mempunyai ketepatan yang rendah karena perubahan sel akibat radiasi sehingga sulit membedakan antara sel jinak atipik karena radiasi atau sel tumor. Pemeriksaan HPV pascaradiasi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk memprediksi kemungkinan timbulnya rekurensi local.

Pengetahuan  mengenai sel punca membawa peneliti menemukan sifat sel punca pada jaringan kanker yang dikenal sebagai sel punca kanker (SPK). SPK memperlihatkan sejumlah adaptasi genetik dan selular, sehingga bersifat resisten terhadap pendekatan terapi klasik. Resistensi SPK merupakan faktor yang berperan pada kegagalan terapi dan timbulnya resistensi setelah radioterapi. Penanda SPK antara lain SOX2 dan OCT4 yang merupakan sel punca embrionik. Untuk itu diperlukan sebuah penelitian yang mempelajari hubungan antara SOX2 dan OCT4 sebagai penanda SPK terhadap respon radiasi.

Penelitian kemudian dilakukan terhadap 48 kasus karsinoma sel skuamosa. Kasus dibagi dalam dua kelompok yaitu hasil terapi komplet (27 kasus) dan hasil terapi inkomplet (21 kasus). Dari hasil penelitian didapat bahwa ekspresi kuat SOX2 dan OCT4 dapat memprediksi hasil terapi radiasi inkomplet pada karsinoma serviks stadium IIIB.

Hasil  penelitian tersebut kemudian dipresentasikan dengan baik oleh dr. Lisnawati, SpPA(K) pada sidang promosi doktoralnya, Rabu (11/1) lalu di Ruang Kuliah Parasitologi FKUI Salemba. Disertasi berjudul “Peran Sel Punca Kanker, Faktor Apoptosis, DNA Repair, dan Telomerase terhadap Respons Terapi Radiasi pada Kanker Serviks Stadium IIIB: Kajian Khusus pada Ekspresi SOX2 dan OCT4” berhasil dipertahankan di hadapan tim penguji. Bertindak selaku ketua tim penguji Dr. dr. Suhendro, SpPD-KPTI dengan anggota tim penguji Dr. dr. Saptawati Bardosono, MSc; Dr. dr. Dwi Anita Suryandari, M.Biomed; Dr. dr. Sri Mutya Sekarutami, SpRad(K), Onk.Rad; dan dr. Bethy S. Hernowo, SpPA(K), PhD (Universitas Padjajaran).

Di akhir sidang, Prof. dr. Pratiwi P. Sudarmono, SpMK(K), selaku ketua sidang mengangkat dr. Lisnawati, SpPA(K) sebagai Doktor dalam bidang Ilmu Kedokteran di FKUI. Dalam sambutannya promotor Prof. dr. Mpu Kanoko, SpPA(K), PhD dan ko promotor dr. Nurjati Chairani Siregar, MS, PhD, SpPA(K) dan Prof. Dr. dr. Andrijono, SpOG(K) berharap hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan penelitian lanjutan dalam bidang SPK karsinoma serviks. (Humas FKUI)