Efek Pemberian Antiretroviral dan Kaitannya dengan Kesembuhan Kriptokokkus Meningeal

dr. Forman Erwin Siagian, M. Biomed berhasil meraih gelar Doktor dalam bidang Ilmu Biomedik di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia setelah berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “Makrofag Pasien Terinfeksi HIV: Aktivitas Fagosistik terhadap Cryptococcus neoformans, Respons Imun Terkait dan Pengaruh Pemberian Anti Retroviral” dihadapan tim penguji yang diketuai oleh Dr. dr. Indra Gusti Mansur, DHES, SpAnd dan anggota tim penguji Prof. Dr. Mohamad Sadikin, DSc; Dr. dr. Suhendro, SpPD-KPTI; dan dr. Ahmad Rizal Ganiem, SpS, Ph.D (Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung) dalam sidang promosi doktor yang dipimpin oleh Prof. dr. Pratiwi P. Sudarmono, PhD, SpMK(K), Rabu (6/1) lalu di Ruang Senat Akademik Fakultas, Salemba, Jakarta.

Angka kejadian kriptokokosis meningeal pada populasi AIDS mencapai angka 2%-72%. kriptokokosis meningeal  disebabkan oleh khamir berkapsul Cryptococcus neoformans, jenis jamur yang banyak diidap oleh pasien dengan gangguan imunitas seperti AIDS. Data prevalensi di Indonesia hanya sedikit dan terbatas di kota besar seperti Jakarta dan Bandung saja, yaitu sekitar 30%. kriptokokosis meningeal mempunyai mortalitas yang tinggi dan sering dihubungkan dengan kegagalan terapi serta dinamika interaksi jamur-sistem kekebalan. Interaksi jamur dengan sistem kekebalan terjadi  terutama antara makrofag dan jamur.

Pengobatan HIV dengan obat antiretroviral (ARV) secara berkelanjutan mampu menekan beban virus sampai ambang tidak terdeteksi, meningkatkan jumlah sel CD4 dan memperbaiki kemampuan sel-sel sistem imun selular, terutama dalam mengendalikan infeksi oportunitis seperti kriptokokosis meningeal.

Penelitian tentang interaksi makrofag-c. neoformans kebanyakan dilakukan menggunakan galur sel makrofag yang berasal dari orang normal. Sedangkan uji in vivo terbatas pada hewan coba mencit. Penelitian in vitro mengenai aktivitas makrofag yang berasal dari pasien terinfeksi HIV dalam hal fagositosis c. neoformans dan respons imun yang terkait, belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, diperlukan sebuah penelitian untuk mendapatkan pemahaman yang dapat membantu klinisi dalam memahami perjalanan penyakit.

Penelitian kemudian dilakukan oleh dr. Forman Erwin Siagian, M. Biomed. Ia menggunakan sampel pasien yang terinfeksi HIV sebanyak 80 orang. Penelitian dilakukan sepanjang Februari 2014-Mei 2015. Dari hasil penelitian didapat kepatuhan dalam mengkonsumsi ARV secara teratur dapat memperbaiki aktivitas fagositik makrofag terhadap c. neoformans.

Di akhir sidang, dalam sambutannya promotor Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD-KAI dan ko promotor Prof. Dr. dr. Retno Wahyuningsih, MS, SpParK dan Dr. Drs. Heri Wibowo, M. Biomed berharap hasil penelitian ini dapat membantu para klinisi untuk memahami peran makrofag pada kejadian kriptokokkus meningeal pada pasien HIV dan pemahaman tersebut dapat digunakan untuk prosedur tata laksana pasien HIV yang lebih baik. (Humas FKUI)