Dua Guru Besar FKUI Dikukuhkan

Universitas Indonesia (UI) kembali mengukuhkan dua guru besar dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, staf pengajar Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM dan Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, SpOG(K), MPH, staf pengajar Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI-RSCM dikukuhkan sebagai guru besar dalam upacara pengukuhan yang dilaksanakan pada Sabtu (8/9) pukul 10.00 WIB di Aula IMERI Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta.

Prosesi pengukuhan kedua guru besar tersebut dipimpin langsung oleh Ketua Dewan Guru Besar UI, Prof. Harkristuti Harkrisnowo, SH, MA, PhD. Turut hadir menyaksikan prosesi Menteri Kesehatan RI Prof. Dr. dr. Nila F. Moeloek, SpM(K); Wakil Menteri Keuangan RI Prof. Dr. Mardiasmo, MBA., Akt.; Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Suhardi Alius; para pejabat di lingkungan Kementerian Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI, Kementerian Kesehatan RI, para guru besar UI dan luar UI, sejawat dan keluarga dari kedua guru besar yang dikukuhkan.

Dalam pidato yang berjudul “Masa Depan Penelitian Kedokteran di Era Disrupsi dan Kedokteran Presisi: Penelitian Bakteri Helicobacter pylori di Indonesia sebagai Model”, Prof. Ari memaparkan mengenai pentingnya teknologi informasi saat ini, termasuk dalam aspek kesehatan dan kedokteran.

Kehidupan manusia modern saat ini sangat tergantung pada keberadaan gawai. Namun sayangnya, tidak banyak rekan sejawat dokter yang dapat memanfaatkan fungsi gawai ini secara optimal. Mengingat saat ini masyarakat telah memasuki era disrupsi dan teknologi industri, Prof. Ari berharap rekan-rekan sejawatnya yang saat ini sedang bekerja di institusi pendidikan untuk aktif di media sosial khususnya dalam menyampaikan pesan-pesan sehat dari hasil penelitian di dunia kedokteran.

Dalam keseharian, Prof. Ari yang juga menjabat sebagai Dekan FKUI telah menerapkan komunikasi aktif melalui media sosial dengan programnya berupa kampanye anti hoaks terkait pesan atau produk kesehatan yang kerap beredar di masyarakat, khususnya melalui aplikasi layanan pesan WhatsApp.

Prof. Ari kerap berbagi maupun meluruskan informasi kesehatan serta merespon isu kesehatan terkini yang merebak dan terkadang membuat masyarakat khawatir. Menurut Prof. Ari, dokter harus mampu memanfaatkan secara optimal Artificial Intelligence (AI), big data dan internet of things dalam dunia kedokteran di Indonesia.

“Dalam Era disrupsi 4.0 ini, sistem rekam medik semakin baik, dokter dibantu oleh teknologi untuk mendapat gambaran tentang kondisi pasien dan memprediksi apa yang akan terjadi kemudian sehingga perawatan pasien dapat diberikan lebih baik,” ujar Prof. Ari.

Penelitian beliau selama 17 tahun terakhir terkait kuman Helicobacter pylori, kuman penyebab sakit lambung, mulai dari sakit maag, tukak lambung hingga diketahui menjadi salah satu pemicu terjadinya kanker lambung, juga memanfaatkan teknologi industri 4.0. Bukti lain pemanfaatan teknologi adalah di bidang endoskopi gastrointestinal di mana terdapat kapsul endoskopi tanpa kabel (wireless capsule endoscopy) yang dilengkapi dengan indikator penanda perdarahan. Kemajuan teknologi tinggi tersebut berdampak pada penegakan diagnosis dan arah pengobatan masa depan berupa personalized medicine.

Pada kesempatan yang sama, Prof. Budi Wiweko memaparkan pidato pengukuhannya yang berjudul “Inovasi Kedokteran Reproduksi di Era Disrupsi: Sebuah Pembelajaran dari Laboratorium, Klinik dan Masyarakat bagi Pembangunan Manusia Indonesia”.

Sebagai profesor bidang Kedokteran termuda di UI, Prof. Budi Wiweko atau akrab dipanggil Prof. Iko telah menghasilkan terobosan Inovasi Kedokteran Reproduksi berupa Indonesian Kalkulator Oocyte (IKO), sebuah aplikasi yang sangat menunjang pelayanan di bidang fertilitas karena dapat mengetahui umur biologis seorang perempuan, dosis obat yang dibutuhkan, dan hasil luaran fertilisasi in vitro pada pasangan yang mengalami gangguan kesuburan.

Sepak terjang lainnya yang berhasil ditorehkan Prof. Iko bagi kemajuan penelitian kedokteran reproduksi adalah pengembangan layanan preservasi ovarium yang akan sangat bermanfaat bagi pasien-pasien penderita kanker untuk mendapatkan keturunan serta simpan beku ovarium dilakukan sebelum pasien menjalani pengobatan kemoterapi yang dapat merusak sel telur.

Saat ini Prof. Iko aktif menjabat sebagai Wakil Direktur Indonesian Medical Education and Research Institute (IMERI FKUI), sebuah institut riset dan inovasi di bawah naungan FKUI. Selaku dokter klinis, pendidik serta peneliti, Prof. Iko kerap menjalankan penelitian yang mengintegrasikan bidang klinik serta biomedik dengan secara aktif melibatkan berbagai disiplin ilmu diantaranya biokimia, fisiologi, biologi, statistik, endokrinologi, dan berbagai cabang ilmu lainnya dengan melibatkan fakultas di luar kedokteran seperti Fakultas Ilmu Komputer, Fakultas MIPA, Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan Fakultas Hukum.

Prof. Iko berharap konsistensinya meneliti dalam bidang kedokteran reproduksi mampu memberi perhatian pada pembangunan dan peningkatan kualitas hidup manusia melalui pembangunan layanan kesehatan reproduksi yang berkualitas di Indonesia.

(Humas FKUI)