Dokter, Teruslah Belajar: Refleksi 70 Tahun Perjalanan Zubairi Djoerban

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menyelenggarakan acara “Purna Bakti dan Pameran Buku dan Foto 70 Tahun Prof. Zubairi Djoerban: Dokter Teruslah Belajar, Refleksi 70 Tahun Perjalanan Prof. Zubairi Djoerban, Tetap Produktif di Usia 70”. Acara ini diselenggarakan untuk memperingati hari ulang tahun Prof. Dr. dr. Zubairi Djoerban, SpPD(K) yang jatuh pada 11 Februari, sekaligus syukuran untuk beliau yang akan memasuki masa purna bakti. Acara diselenggarakan pada Rabu (22/2) lalu bertempat di Aula IMERI-FKUI, Salemba.

Hadir pada acara tersebut Dekan FKUI, Dr. dr. Ratna Sitompul, SpM(K); Keluarga Besar Prof. Zubairi Djoerban; para guru besar; para ketua departemen; staf pengajar; mahasiswa; dan tamu undangan lainnya.

Pada kesempatan tersebut, Prof. Zubairi  menyampaikan rasa terima kasih yang besar kepada seluruh sivitas akademika FKUI. Menjadi suatu kebahagiaan bagi beliau, di usia ke-70 ini beliau masih diberikan kesehatan untuk tetap mengabdi di FKUI, baik sebagai staf pengajar, dokter maupun peneliti. Perjalanan beliau selama 40 tahun berkembang bersama almamater FKUI memberikan banyak kenangan, catatan dan cerita yang tak terlupakan.

Sebagai dokter yang juga aktif sebagai staf pengajar di FKUI, Prof. Zubairi berpesan bahwa seorang dokter tidak boleh lelah memperbarui ilmu. Ilmu kedokteran berkembang sangat cepat dan dinamis. Berbagai temuan teknologi membantu dokter mencapai berbagai kemajuan yang puluhan tahun lalu mungkin tak terbayangkan. Di sisi lain, kemajuan teknologi juga membawa perilaku baik kepada individu maupun masyarakat luas. Termasuk perilaku dalam mencari layanan kesehatan, memahami risiko yang dihadapi hingga pola interaksi dokter-pasien. Kemajuan teknologi ini memberi peluang bagi pasien dengan latar belakang nonmedis mencari sendiri informasi ke berbagai sumber. Dokter harus siap menerima berbagai pertanyaan dan menyediakan waktu lebih lama saat konsultasi. Pasien pun tak lagi berdiam diri saat menjalani terapi. Dokter diharapkan dapat memberi penjelasan terkait alternatif terapi lainnya yang mungkin tersedia. Saat ini, dokter adalah mitra, bukan lagi ‘dewa’ yang memutuskan apa yang terbaik bagi pasiennya. “Sebagai dokter yang baik, kita harus rendah hati di hadapan ilmu pengetahuan yang cakrawalanya terus menjauh,” tutup Prof. Zubairi dalam pidato sambutannya.

Tak hanya aktif sebagai staf pengajar, Prof. Zubairi pun tak henti pula meneliti. Seperti yang disampaikan oleh Dekan FKUI dalam sambutannya, hingga usia Prof. Zubairi mendekati 70 tahun, beliau masih tetap gigih mencari kesempatan penelitian bersama Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD(K). “Prof. Zubairi dan Prof. Samsuridjal membuktikan bahwa walaupun berusia lanjut, namun tetap bisa produktif dan bermanfaat bagi banyak pihak. Hormat saya untuk beliau,” ungkap Dr. dr. Ratna Sitompul, SpM(K).

Dokter, teruslah belajar. Pesan inilah yang disampaikan Prof. Zubairi kepada para dokter muda. Hindari sifat terlalu percaya diri, mudah puas dengan ilmu yang dimiliki dan menutup diri untuk meminta pendapat/bantuan sejawat lainnya. Sebagai dokter, di mana pun bertugas, tidak selayaknya berhenti belajar. Belajar, bagi dokter, merupakan kewajiban untuk dapat memberikan pelayanan terbaik kepada sesama manusia. (Humas FKUI)