Ciptakan Instrumen Kompetensi Konseling, Leila Sacdalan-Africa Raih Gelar Doktor

Pemberian makanan pada bayi dan anak (Infant and Young Child Feeding, IYCF) merupakan dasar kecukupan gizi pada dua tahun pertama kehidupan. Hal ini mencakup pengenalan, durasi dan kecukupan pemberian ASI serta makanan pendamping. Keseluruhan asupan ini dilakukan guna memenuhi kebutuhan fisiologis, tumbuh kembang, mencapai potensi dan keberlangsungan hidup maksimal. Setelah usia 6 bulan, bayi membutuhkan makanan pendamping yang diberikan dengan waktu yang tepat, cukup, aman, bergizi dan berkualitas sebagai tambahan ASI hingga usia 2 tahun atau lebih.

Pelaksanaan IYCF yang buruk tidak hanya dapat menghambat pertumbuhan namun juga meningkatkan risiko penyakit infeksi dan kematian. Dua tahun pertama kehidupan merupakan fase dengan tumbuh kembang yang cepat, kebutuhan nutrisi tinggi, perkembangan otak yang cepat, dan sering terjadi infeksi. Pada fase ini sering dijumpai gagal tumbuh, terutama pertumbuhan linier. Stunting pada usia dini tidak hanya berdampak pada kognitif saja tetapi juga pada performa sekolah, keterampilan membaca dan produktifitas.

IYCF berpotensi besar dalam upaya perbaikan gizi, kesehatan, perkembangan dan keberlangsungan hidup anak. Badan PBB untuk kesehatan, WHO, dan perlindungan anak-anak, UNICEF, kemudian merekomendasikan sebuah strategi global untuk IYCF. Salah satu bagian dari rencana tersebut adalah membangun masyarakat fungsional guna menciptakan lingkungan yang mendukung untuk orang tua, ibu, pengasuh, keluarga dan komunitas dalam mengimplementasikan IYCF secara optimal. Strategi utama yang dilakukan dari rencana ini adalah dengan menggiatkan konseling IYCF.

Sejumlah studi menunjukkan efektifitas konseling IYCF di beberapa negara mengalami peningkatan. Namun sayangnya walaupun sudah banyak upaya dan sumber daya yang ditujukan untuk program IYCF, pelaksanaannya belum juga optimal. Sistem monitoring dan evaluasi IYCF diketahui tidak memiliki prosedur dan alat yang valid serta dapat diandalkan untuk menilai kompetensi tenaga terlatih. Melihat kebutuhan ini, maka diperlukan sebuah instrumen untuk menilai kompetensi konseling IYCF setelah pelatihan. Adapun instrumen ini nantinya dapat digunakan sebagai monitoring dan evaluasi program IYCF guna meningkatkan kualitas program dan jaminan pelayanan.

Penelitian kemudian dilakukan Leila Sacdalan-Africa, mahasiswa program Doktor Ilmu Gizi FKUI sebagai bagian dari disertasinya. Ia melakukan penelitian untuk mengembangkan dan memvalidasi sebuah instrument pengukur kompetensi konseling IYCF melalui parameter pengetahuan, sikap, dan keterampilan berdasarkan frekuensi, intensitas, dan aktivitas. Setelah meneliti sepanjang Desember 2013 hingga Desember 2014 di Filipina, Ia mendapatkan sebuah bentuk tes untuk konseling yang terbagi dalam 4 instrumen pengukuran yaitu KAS-WOR (instrumen penilaian mandiri konselor untuk menilai kompetensi mereka dalam konseling IYCF), KAS-SUP (instrumen untuk mengevaluasi kompetensi konseling IYCF pada konselor berdasarkan penilaian mandiri konselor meliputi pengetahuan, sikap, penilaia keterampilan), KAS-MOM (instrumen untuk menilai kompetensi konseling IYCF pada BNS berdasarkan penilaian mandiri BNS meliputi pengetahuan dan sikap, dan 70% dari penilaian klien dalam hal keterampilan tertentu selama konseling IYCF), dan KAS-COM (instrumen untuk menilai konpetensi konseling IYCF pada konselor berdasarkan penilaian mandiri konselor meliputi pengetahuan dan sikap dan nilai rata-rata dari penilaian keterampilan oleh konselor itu sendiri, atasan, dan klien konseling IYCF).

Pemaparan hasil penemuan instrumen tersebut dipresentasikan dengan baik oleh Leila pada sidang disertasi doktoralnya, Kamis (19/11) lalu di Ruang Kuliah Departemen Parasitologi, FKUI Salemba. Disertasi berjudul “Pengembangan dan Validasi Instrumen Penilaian Kompetensi Konseling Pemberian Makanan Bayi dan Anak untuk Tenaga Gizi Desa di Filipina/Development and Validation of Instruments for Assesing Infant and Young Child Feeding Counseling Competency of Filipino Village Nutrition Workersberhasil dipertahankan di hadapan tim penguji. Bertindak selaku ketua tim penguji dr. Rina Agustina, MSc, PhD dengan anggota tim penguji Prof. Dr. Budi Utomo, MPH, PhD (Fakultas Kesehatan Masyarakat UI); Prof. Dr. Corazon VC Barba (Institute of Human Nutrition and Food, University of Phillipines Los Banos, Filipina) dan Dr. Sugeng Eko Irianto (WHO Indonesia).

Di akhir sidang, Prof. dr. Saleha Sungkar, DAP&E, MS, SpParK, selaku ketua sidang mengangkat Leila Sacdalan-Africa sebagai Doktor dalam bidang Ilmu Gizi di FKUI. Promotor Dr. dr. Muchtaruddin Mansyur, SpOk dan ko promotor Ir. Siti Muslimatun, MSc, PhD (SEAMEO-RECFON) dan Prof. Dr. H. Furqon, MSi (Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung) berharap hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan program IYCF di berbagai negara.

Leila Sacdalan-Africa adalah warga Negara Filipina yang merupakan staf pengajar di Collage of Human Ecology, University of the Philippines Los Banos. Leila memperoleh gelar Doktor setelah menempuh pendidikan di Program Doktor Ilmu Gizi FKUI sejak tahun 2012. (Humas FKUI –Mel, Die)