Atorvastatin sebagai Penghambat Edema Miokardium

Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan salah satu penyebab utama kematian di dunia dengan insiden yang semakin meningkat di negara berkembang. Seiring dengan meningkatnya insiden PJK, angka prosedur Bedah Pintas Arteri Koroner (BPAK) juga bertambah. Di Indonesia, komplikasi yang terjadi akibat BPAK saat ini masih cukup tinggi. Komplikasi pasca-BPAK dapat disebabkan oleh berbagai mekanisme, termasuk salah satunya pada organ jantung yaitu kemungkinan terjadinya edema miokardium atau pembengkakan sel otot jantung.

Edema miokardium adalah suatu kondisi medis di mana sel otot jantung dipenuhi oleh cairan yang menyebabkan pembengkakan sel, sehingga dapat menyebabkan gangguan fungsi jantung. Sampai saat ini, belum terdapat biomarker untuk deteksi dini edema miokardium secara cepat dan praktis.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kadar FSTL1 (sitokin yang diproduksi oleh jantung) meningkat pada kondisi iskemia, peningkatan massa ventrikel, dan gagal jantung kronik. Peningkatan massa ventrikel dapat disebabkan oleh peningkatan jumlah cairan dalam miosit, atau dengan kata lain pada kondisi edema miokardium.

Dengan demikian, FSTL1 secara tidak langsung dapat digunakan sebagai biomarker edema miokardium. Meskipun demikian, penggunaan FSTL1 sebagai biomaker edema miokardium belum pernah diteliti sebelumnya. Selain itu, untuk melihat ada tidaknya edema miokardium dipakai pemeriksaan baku emas berupa Magnetic Resonance Imaging (MRI) dengan metode T2 mapping yang dapat menilai ada tidaknya edema secara lebih awal.

Banyak usaha telah dilakukan untuk mencegah terjadinya edema miokardium pasca BPAK, namun, sampai sekarang belum ada satu pun cara yang terbukti efektif dapat menghambat proses edema miokardium. Penggunaan statin sebagai salah satu terapi untuk membatasi terjadinya edema miokardium belum banyak diteliti dan belum ada satu pun uji klinis pada manusia. Sebuah studi menunjukkan hasil bahwa pemberian statin 80 mg pada hewan dapat mengurangi terjadinya edema miokardium.

Efek statin ini dikenal sebagai efek pleiotropik yaitu efek protektif statin yang tidak berkaitan dengan penurunan kadar LDL kolesterol. Efek pleiotropik statin antara lain sebagai antiinflamasi, antioksidan, antiproliferasi, dan antitrombosis.

Berbagai studi telah menunjukkan bahwa pemberian statin dapat menurunkan kadar High Sensitive C Reactive Protein (hs-CRP) dan Malondialdehide (MDA) yang merupakan penanda inflamasi dan stress oksidatif. Statin yang bersifat lipofilik seperti Atorvastatin terdistribusi secara luas ke berbagai jaringan ekstrahepatik, sehingga efek pleiotropiknya cenderung lebih tinggi. Statin dosis tinggi juga diketahui mempunyai efek pleitropik yang lebih kuat. Di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) Jakarta, statin sudah rutin diberikan tetapi dengan dosis kecil. Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan penelitian  untuk mengetahui pengaruh statin dalam menghambat edema miokardium.

Penelitian kemudian dilakukan oleh peneliti dari Program Studi Doktor Ilmu Kedokteran FKUI, dr. Rita Zahara, SpJP(K), FIHA, FAsCC sebagai penelitian. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pemberian Atorvastatin dosis 80 mg dapat menurunkan kejadian edema miokardium pasca BPAK dan menunjukkan efek antiinflamasi yang lebih baik dari pada Atorvastatin 10 mg.

Pemaparan hasil  penelitian tersebut dipresentasikan oleh dr. Rita Zahara, SpJP(K), FIHA, FAsCC pada sidang promosi doktoralnya, Rabu (16/1/2019) lalu di Ruang Auditorium Lt. 3, Gedung IMERI FKUI Salemba.

Disertasi berjudul “Efikasi Atorvastatin 80mg dalam Menghambat Edema Miokardium: Kajian Regulasi Folistatin-Like Protein 1 pada Pasien Bedah Pintas Arteri Koroner” berhasil dipertahankan di hadapan tim penguji yang diketuai oleh Dr. dr. Suhendro, SpPD-KPTI dengan anggota tim penguji Prof. dr. Fransiscus D. Suyatna, SpFK, PhD; Prof. dr. Suzanna Immanuel, SpPK(K); Dr. dr. Arman Adel Abdullah, SpRad(K); dr. Muchtaruddin Mansyur, SpOk, PhD; dan Prof. Dr. dr. I Wayan Wita, SpJP(K) (Universitas Udayana).

Di akhir sidang, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, selaku ketua sidang mengangkat dr. Rita Zahara, SpJP(K), FIHA, FAsCC sebagai Doktor dalam bidang Ilmu Kedokteran di FKUI. Dalam sambutannya promotor Prof. Dr. dr. Bambang Budi Siswanto, SpJP(K) dan ko-promotor Dr. dr. Anwar Santoso, SpJP(K) berharap hasil penelitian ini dapat memberikan informasi baru mengenai dosis efektif Atorvastatin untuk menghambat edema miokardium pasca BPAK.

(Humas FKUI)