Angga Wiratama Lokeswara Raih Penghargaan pada Ajang The 18th AUN and 7th ASEAN+3 Educational Forum and Young Speakers’ Contest

Angga Wiratama Lokeswara, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), kembali meraih penghargaan bergengsi. Kali ini Angga berhasil meraih penghargaan internasional sebagai 2nd Runner-up dalam ajang The 18th AUN and 7th ASEAN+3 Educational Forum and Young Speakers’ Contest yang diselenggarakan pada tanggal 1-5 Mei 2018 lalu di Universitas Indonesia, Kampus UI Depok. Prestasi tersebut melengkapi kegemilangan Angga di awal tahun 2018 ini, setelah sebelumnya Angga berhasil menjadi Juara 1 pada ajang pemilihan Mahasiswa Berprestasi Utama tingkat Universitas Indonesia.

Pagelaran The 18th AUN and 7th ASEAN+3 Educational Forum and Young Speakers’ Contest diselenggarakan oleh ASEAN University Network yang merupakan program ilmiah yang menghubungkan universitas-universitas ternama di ASEAN seperti UI, Universitas Gadjah Mada, Universitas Airlangga (Indonesia), National University of Singapore (Singapore), serta Mahidol University dan Chulalongkorn University (Thailand). Namun, sejak tahun 2011 keikutsertaan peserta kegiatan diperluas dengan hadirnya beberapa universitas dari tiga negara di luar ASEAN yaitu Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan.

Penyelenggaraan The 18th AUN and 7th ASEAN+3 Educational Forum and Young Speakers’ Contest tahun ini, mengangkat tema “The Relevance of Higher Education in The Digital Era dan terdiri dari dua kegiatan utama, yaitu Educational Forum dan Young Speakers’ Contest.

Perjalanan Angga menjuarai Young Speakers’ Contest cukup berliku. Ia harus melewati dua babak yaitu babak penyisihan (babak 1) dan babak final. Pada babak penyisihan, Angga diharuskan menyiapkan sebuah essay dan 7-minutes prepared speech. Ia pun mengambil momen Hari Pendidikan Nasional dengan menceritakan kilas balik perjuangan pendidikan beserta kisah hidup Ki Hajar Dewantara yang Ia kaitkan dengan dunia pendidikan di era digital saat ini.

“Poin pemaparan saya di sini adalah bagaimana caranya institusi pendidikan tinggi harus bersikap agar bisa terus relevan dengan perkembangan zaman,” ujar Angga kepada Humas FKUI.

Kematangan berpidato dan keunikan gagasan yang disampaikan, diyakini turut mengantarkan Angga lolos menjadi finalis enam besar dan berhak maju ke babak final bersama dengan perwakilan dari Kamboja, Tiongkok, Filipina dan Vietnam.

Pada babak final, para finalis diberikan impromptu speech (pidato spontan) dengan pertanyaan yang baru dibagikan pada pagi hari. Setelah itu para finalis diberikan waktu selama satu jam untuk menulis dan mempersiapkan 5-minutes speech dan 2-minutes impromptu QnA.

“Di babak ini, tiap finalis diminta untuk memberikan gagasan terkait reformasi apa yang ingin dilakukan pada pendidikan tinggi di negara masing-masing jika menjadi Presiden. Melalui pertanyaan ini, saya harus mengeksplorasi berbagai tantangan yang ada di dunia pendidikan Indonesia saat ini dan apa yang harus kita lakukan untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut,” papar Angga.

Angga menyampaikan gagasannya mengenai reformasi pendidikan yang akan Ia lakukan jika menjadi Presiden Republik Indonesia di era revolusi industri 4.0 seperti saat ini. Era Revolusi Industri 4.0 merupakan era digitalisasi dimana pertukaran informasi dapat terjadi dengan cepat dan instan, serta kehidupan bermasyarakat yang berorientasi pada pengetahuan. Digitalisasi ini dapat dirasakan di berbagai aspek kehidupan kita, termasuk dalam pendidikan tinggi. Digitalisasi diperkirakan akan menggantikan sumber daya manusia pada beberapa pekerjaan.

Maka, pendidikan tinggi pada masa sekarang, harus mempersiapkan generasi masa depan yang kompeten dan mampu bersaing di era digital tersebut. Untuk mencapainya, institusi pendidikan tinggi seharusnya memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi yang ada untuk menanamkan nilai-nilai dan mengajarkan mahasiswanya berbagai keterampilan dan kompetensi yang bisa tetap relevan di dunia digital.

Terdapat 3 kompetensi yang harus ditekankan oleh pendidikan tinggi, yaitu kreativitas dan kemampuan berinovasi, berpikir kritis dan independen, serta kemampuan berkolaborasi. Ketiga hal tersebut nantinya dapat membuat mahasiswa menjadi sumber daya yang kompetitif dan tidak mudah digantikan oleh teknologi dan digitalisasi. Ditunjang dengan pendidikan karakter dan digital literacy yang kuat, maka kompetensi ini dapat menjadi ujung tombak pendidikan tinggi yang relevan di era digital.

“Melalui latar belakang tersebut saya memberikan tiga gagasan terkait reformasi pendidikan tinggi di Indonesia yaitu pendekatan ‘Personalized Learning‘ dengan memanfaatkan Artificial Intelligence dimana proses pembelajaran tiap mahasiswa disesuaikan dengan kecepatan dan kemampuan mereka dalam belajar. Reformasi literasi dari “Traditional Literacy” yakni membaca dan menulis menjadi “New Literacy” yakni Data Literacy, Technology Literacy, dan Human Literacy sesuai dengan yang diajukan oleh Kemenristekdikti. Dalam hal ini, termasuk ke dalamnya pendidikan mengenai data dan teknologi, serta pendidikan kepemimpinan dan empati. Yang terakhir yaitu peningkatan paparan mahasiswa Indonesia terhadap dunia Internasional. Berbagai universitas di dunia dapat berkolaborasi untuk melakukan kuliah daring melalui video conference, serta peningkatan program pertukaran pelajar. Hal seperti ini dapat membuka wawasan dan pemikiran mahasiswa Indonesia sehingga dapat menghadapi ‘borderless society’ di masa depan,” terang Angga.

Menjadi salah satu peserta pada The 18th AUN and 7th ASEAN+3 Educational Forum and Young Speakers’ Contest menjadi pengalaman yang unik dan pembelajaran besar bagi Angga. “Sebagai mahasiswa kedokteran, terkadang kita hanya selalu memikirkan hal kedokteran saja. Padahal di luar sana, ide dan gagasan kita juga dapat bermanfaat bagi masyarakat di sektor lain. Walaupun di awal saya merasa kesulitan karena tidak memiliki latar belakang pengetahuan terkait sistem pendidikan, digitalisasi serta hubungan internasional, tetapi nyatanya saya bisa. Saya percaya, jika kita berani keluar dari zona nyaman, maka kita pasti bisa berkembang,” tutur Angga menutup sesi wawancara.

Selamat untuk Angga, semoga prestasi yang diraih dapat menjadi inspirasi dan motivasi bagi sivitas akademika FKUI lainnya. Maju terus FKUI! (Humas FKUI)